Jenderal William Shelton mengungkapkan perkiraannya atas potensi kekuatan cyber yang dimiliki Iran. Pejabat senior Angkatan Udara Amerika Serikat tersebut menyebutkan bahwa negara oposisi AS itu sudah mempersiapkan diri lebih baik dari sebelumnya.
Dikutip Liputan6.com dari Cnet, Senin (21/1/2013), Shelton menyatakan bahwa posisi Iran saat ini dalam kondisi yang sulit dibicarakan. Potensi ancaman potensial dari Iran itu mungkin saja tertuju kepada AS.
Iran disebut-sebut oleh analis barat telah memiliki kekuatan cyber yang canggih dan melakukan serangan pada beberapa negara oposisinya. Belakangan ini Iran juga menjadi "kambing hitam" dari serangkaian serangan cyber yang menghantam perbankan AS.
Tuduhan itu didasarkan pada kejadian di tahun 2010 dimana serangan cyber Stuxnet yang mengacaukan sistem fasilitas nuklirnya di Natanz. Ditambah lagi militer Iran yang telah sesumbar menggembar-gemborkan kemampuan cyber-warfare miliknya akhir-akhir ini.
"Kami telah dilengkapi dengan sistem perang elektronik yang tidak hanya dapat digunakan untuk bertahan melainkan mengacaukan sistem komunikasi musuh," ungkap Brigadir Jenderal Ahmad Reza Pourdastan, Komandan Pasukan Darat Iran.
Namun, meskipun Iran mengaku memiliki kekuatan besar di ranah cyber pejabat pemerintahnya tetap membantah tudingan atas serangan cyber yang ditujukan kepadanya.
Terlepas dari benar atau tidaknya Iran akan menyerang AS, negara Adikuasa itu tetap melakukan persiapan. Angkatan Udara AS diakui Shelton sedang dalam proses penguatan pasukan cyber-nya. Sekitar 1.000 orang tenaga kerja cyber ditambahkan untuk memperkuat sistem pertahannya.
Bahkan, pimpinan tertinggi Angkatan Udara AS berharap bisa menghabiskan dana lebih besar untuk menghadang kekuatan cyber Iran. Sayangnya, hal itu akan sulit terjadi bila melihat kondisi keuangan di Washington. (DEN/GAL)
0 komentar:
Posting Komentar